Secara terminologi Keharmonisan berasal dari kata harmonis yang berti
serasi, selaras. Titik berat dari Keharmonisan adalah kedaan selaras atau
serasi, keharmonisan bertujuan untuk mencapai keselarasan dan keserasian, dalam
kehidupan rumah tangga perlu menjaga kedua hal tersebut untuk mencapai
keharmonisan rumah tangga.
Keluarga yang harmonis dan berkualitas yaitu keluarga yang rukun
berbahagia, tertib, disiplin, saling menghargai, penuh pemaaf, tolong menolong
dalam kebajikan, memiliki etos kerja yang baik, bertetangga dengan saling
menghormati, taat mengerjakan ibadah, berbakti pada yang lebih tua, mencintai
ilmu pengetahuan dan memanfaatkan waktu luang dengan hal yang positif dan mampu
memenuhi dasar keluarga.
Keluarga harmonis hanya akan tercipta kalau kebahagiaan salah satu anggota
berkaitan dengan kebahagiaan anggota-anggota keluarga lainnya. Secara
psikologis dapat berarti dua hal: (1) Tercapainya keinginan-keinginan,
cita-cita dan harapan-harapan dari semua anggota keluarga. (2) Sesedikit mungkin
terjadi konflik dalam pribadi masing-masing maupun antar pribadi.
Keluarga harmonis merupakan keluarga yang penuh dengan ketenangan,
ketentraman, kasih sayang, keturunan dan kelangsungan generasi masyarakat,
belas-kasih dan pengorbanan, saling melengkapi dan menyempurnakan, serta saling
membantu dan bekerja sama.
Keluarga yang harmonis atau keluarga bahagia adalah apabila kedua pasangan
tersebut saling menghormati, saling menerima, saling menghargai, saling
mempercayai, dan saling mencintai.
Dalam
hidup ini, kita semua memiliki cita-cita. Sebenarnya apapun yang dicita-citakan
bisa saja dicapai dengan persiapan yang matang. Demikian juga dengan keuangan
keluarga.
Langkah
awal dalam membuat sebuah perencanaan keuangan adalah dengan menentukan
terlebih dahulu apa saja tujuan keluarga Anda dan rencana dalam mencapai tujuan
tersebut. Dalam sebuah keluarga, tujuan keuangan sebaiknya didiskusikan antara
suami dan istri, supaya ada kesepakatan sejak awal tentang bagaimana dan berapa
lama yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut. Kompromi dan tidak ingin
menang sendiri merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam diskusi ini. Diskusi
keuangan keluarga bisa menjadi topik sensitif jika tidak dilakukan dengan baik.
Banyak pasangan yang tidak pernah mendiskusikannya sama sekali, bahkan ada yang
sengaja menyembunyikan kondisi keuangannya.
Jika
Anda ingin mendiskusikan soal uang dengan harmonis, maka pahamilah apa yang
diinginkan oleh pasangan Anda. Dengan semakin sering Anda berdiskusi dan saling
memahami perspektif masing-masing, maka Anda juga akan saling menghormati. Pada
akhirnya hubungan Anda juga berjalan lebih baik dan menunjang keuangan Anda ke
arah yang diinginkan.
Setiap
pasangan tidak perlu memiliki kebiasaan yang sama, tetapi menerima perbedaan
paham dan pendekatan akan uang, serta bagaimana pasangan tersebut bekerjasama
untuk mengelolanya. Untuk menciptakan sebuah anggaran, Anda harus saling
mengakomodasi kebutuhan satu dan lainnya, walaupun salah satu memiliki
kebiasaan boros dan yang satu lagi lebih berhemat.
Misalnya,
ajaklah pasangan untuk membiasakan diri menabung 10%-25% dari penghasilannya
agar tersedia dana yang dibutuhkan. Buatlah komitmen untuk membatasi jumlah
pengeluaran sesuai dengan apa yang di”butuhkan” bukan yang di”inginkan”.
Misalnya, setiap ada pengeluaran Rp. 200.000,- pasangan harus menghubungi Anda
atau sebaliknya.
5 Tips
Harmonis untuk Diskusi Keuangan dengan Pasangan Anda
1. Tentukan waktu yang reguler di mana Anda dapat mendiskusikan uang, dalam suasana rileks, bebas dari beban pikiran atau masalah-masalah lain.
2. Mulailah pembicaraan Anda dengan ekspresi yang penuh apresiasi terhadap pasangan Anda, baik tentang keuangan maupun hal lainnya.
3. Gunakan gaya bahasa yang tidak menyakiti pasangan Anda, seperti "Saya merasa takut kalau tabungan kita tidak mencukupi untuk masa pensiun." Jangan katakan, "Saya rasa kamu punya masalah dalam mengatur pengeluaran."
4. Jangan saling interupsi saat pasangan sedang berbicara. Ulangi apa yang dikatakannya dan tunjukkan bahwa Anda memahami perasaannya.
5. Rayakan keberhasilan Anda, saat mengalami kemajuan tanpa harus mengganggu tujuan keuangan Anda, seperti pergi bersepeda berdua atau jadikan hari itu hari khusus bagi Anda berdua.
Ada 3
langkah yang akan membantu anda keluar dari masalah lilitan utang:
Pertama, berhenti membuat utang baru, apalagi
dalam jumlah yang besar.
Belajarlah mendisiplin diri untuk melihat dan mencatat uang tunai yang anda miliki, bukan melihat pada usaha apa yang bisa anda lakukan untuk mendapat pinjaman. Jangan berusaha membuat utang baru untuk memenuhi apa yang anda inginkan, itu adalah jebakan yang akan membuat anda terpuruk lebih dalam.
Gunakan uang tunai yang ada untuk memenuhi kebutuhan, dan cukupkanlah diri denganuangyangadapadaanda!
Belajarlah mendisiplin diri untuk melihat dan mencatat uang tunai yang anda miliki, bukan melihat pada usaha apa yang bisa anda lakukan untuk mendapat pinjaman. Jangan berusaha membuat utang baru untuk memenuhi apa yang anda inginkan, itu adalah jebakan yang akan membuat anda terpuruk lebih dalam.
Gunakan uang tunai yang ada untuk memenuhi kebutuhan, dan cukupkanlah diri denganuangyangadapadaanda!
Kedua,rencanakanmasadepan.
Seseorang
mengamati perbedaan sikap dalam cara mengelola keuangan antara yang kaya dan
yang miskin. Mereka yang kaya menginvestasikan sebagian dari uang mereka dan
memakai sisanya; sementara yang miskin berupaya menghabiskan uangnya dan menginvestasikan
apa yang tersisa.
Jika anda benar-benar ingin keluar dari lilitan utang, rencanakan masa depan dengan mengelola keuangan secara benar. John Maxwell merencanakan keuangannya dengan prinsip 10-10-80. 10% dari penghasilan dikembalikan kepada Tuhan sebagai persembahan perpuluhan, 10% untuk diinvestasikan, dan 80% dikelola untuk memenuhi kebutuhan hidup. Di sisi yang lain, jika anda menginginkan satu barang dan tidak memiliki uang untuk membelinya, menabunglah lebih dahulu. Setelah terkumpul baru membelinya secara tunai.
Ketiga, jangan mengharapkan mukjizat instan, jadilah penghasil uang yang baik.
Jika anda benar-benar ingin keluar dari lilitan utang, rencanakan masa depan dengan mengelola keuangan secara benar. John Maxwell merencanakan keuangannya dengan prinsip 10-10-80. 10% dari penghasilan dikembalikan kepada Tuhan sebagai persembahan perpuluhan, 10% untuk diinvestasikan, dan 80% dikelola untuk memenuhi kebutuhan hidup. Di sisi yang lain, jika anda menginginkan satu barang dan tidak memiliki uang untuk membelinya, menabunglah lebih dahulu. Setelah terkumpul baru membelinya secara tunai.
Ketiga, jangan mengharapkan mukjizat instan, jadilah penghasil uang yang baik.
Untuk dapat menjadi pengatur uang yang baik, anda harus memiliki uang untuk diatur. Bekerjalah secara maksimal untuk menghasilkan uang yang anda butuhkan. Jangan mengharapkan hujan uang karena Tuhan hanya akan memberkati orang yang bekerja keras dan cerdas.