Entri Populer

Sabtu, 29 Oktober 2011

Puncak dari sebuah ilMu

Cinta,
Itulah alasan mengapa aku harus berilmu..
tapi ilmuku bertanya padaku, apakah puncak dari sebuah ilmu?
Dan apa bukti bahwa aku sudah berilmu? lalu apa tanda dari
aku jika diriku berada pada sebuah puncak ilmu segala ilmu
meski sesungguhnya yang maha ilmu hanyalah Sang Kekasih..
tapi aku bisa ada di sisiNya, tanpa harus membongkar rahasia ilmu keilahianNya,
Karena KeilahianNya, hanyalah dia yang berhak tahu
tapi aku ingin bersanding di sisiNya yaitu dengan ilmuku..

Lalu apa bukti atas ilmuku? lalu apa tanda bahwa aku mendapat ilmu itu
ilmu untuk bisa menjadi kekasihNya yang kekal Abadi..
Lalu aku merenung dengan Kusyu di dalam ruang persemedianku
Aku bertanya pada diriku, tapi mereka diam membisu
tanganku diam, kakiku diam, kupingku diam, mataku diam
hidupku diam semua diam dan hanya mulutku yang berbunyi
"Allah, Allah, Allah, Allah, dan terus begitu..

Lalu aku bertanya pada hatiku, kemudian hatiku berfatwa:
"Jika kau telah merasakan mati sebelum ajal menjemputmu,
mungkin kamu sudah berada pada titik ilmu itu.."

Dan jiwa-jiwaku menafsirkannya:
"Kau tidak mampu berbuat apa-apa ketika ada yang meludahi mukamukarena kau telah mati,
kau tidak mampu membalas semua perbuatan jahat hamba yang lain, karena kau sudah mati,
tubuhmu adalah bagian material duniawi sedangkan hatimu sudah ada di akhirat.
dan jika kamu berbuat baik terhadap sesama itu adalah demi kebutuhan akhiratmu,
bahwa sesungguhnya tubuhmu hanyalah perantara bagimu untuk membantu tujuan-tujuanmu.."

Lalu aku bertanya: "Haruskah aku membunuh nafsuku?"
dan Syehk Siti Jenar menjawab: "Nafsu tidak bisa di matikan."

Lalu aku lari ke utara menemui seorang filosof yang arif dan aku bertanya padanya,
apa tanda orang berilmu? dan dia berkata:"Dia semakin berilmu apabila dia berfikirnya semakin sempit,
ketika dua berfikir luas kemudian dia berfikir semakin sempit dan sempit sekali..
 menuju satu titik yaitu Tuhan.."

Kemudian aku berlari ke selatan menuju Sang Filosof yang bersahaja..
aku bertanya dia berkata:
"Filosof di utara itu salah, kau tidak bisa berfikir sempit,
berfikir sempit hanya akan menuju fanatisme dan membawamu menuju ketersesatan.
Orang berilmu itu senantiasa secara luas, dari sempit kemudian berfikir secara luas,
lihatlah disana ada bulan dan bintang, ada semesta dan banyak lagi di akhirat sana..
berfikirlah secara luas.."

Aku lelah dan kembali menuju persemedianku,
Aku bertanya tentang agamaku, orang menyebutnya adalah islam
lalu aku bertanya kembali pada guru lamaku,
dan beliau berkata:
"Di dalam Islam hanya ada Allah.. hanya Allah, hanya Allah dan Allah.."

Aku bertanya pada guru baruku, beliau berkata:
"Guru lamamu salah, dalam islam itu bukan hanya ada Allah,
tetapi juga ada sesama, ada Politik, sosial, budaya, ekonomi dan masih banyak lagi."

Lalu aku bertanya pada Ruang persemedianku sendiri dan tak ada suara..
kemudian ada suara yang keluar dari hatiku..
"Kau harus tahu hakikat kamu sendiri, kau harus tahu, kamu dari mana?
kamu untuk apa? kamu mau kemana? inilah inti dari sebuah pertanyaan atas sebuah ilmu.. "

Lalu aku menuju barat menuju seorang Kyai dan beliau menjawab:
"Manusia itu datangnya dari Allah,
Manusia itu untuk beribadah dan manusia menuju Akhirat.."

Lalu aku menuju timur bertemu seorang Syehk dan beliau menjawab:
"Itu adalah jawaban terbodoh yang pernah aku dengar,
dari mana dia tahu manusia dari Allah? hanya Allah mahatahu,
manusia untuk beribadah? dari mana dia tahu? hanya Allahmahatahu,
kau karus tahu bahwa sapu itu di gunakan untuk menyapu,
tapi dia juga bisa untuk mengusir serangga dan lain sebagainya,
dan yang tahu inti dari sebuah sapu hanyalah yang membuat sapu.
dan yang tahu sapu itu untuk kemana hanya yang membuat sapulah yang tahu.
Dan pada intinya, manusia itu dari Sang Pencipta, untuk apa dan mau kemana hanya
Sang Penciptalah yang tahu.."

Lalu aku kembali menuju persemedianku bergelut dengan pikiranku sendiri..
dan akhirnya aku mampu menemukan jawabannya..
ternyata hatiku benar, jiwaku benar, ucapan-ucapanku benar, Syeh Siti Jenar benar,
Filosof utara benar, Filosof selatan juga benar, Guru lamaku benar, Guru baruku juga benar,
Kyai di Barat benar , Syehk di Timur itu benar,

Benar bagi orang lain, tapi kurang benar bagi diriku, karena aku telah menemukan
jawaban bagiku sendiri atas pertanyaan-pertanyaanku sendiri ,yaitu:..
"Dari manakah aku? aku datang dari kehidupan Kekasihku, untuk apakah aku?
aku disini untuk kehidupan kekasihku dan mau  kemanakah aku?
aku akan menuju kehidupan Sang Kekasih..
bahwa sesungguhnya itulah tujuan diatas segalanya.."

Selamat Tinggal...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar